Asal Mula Batu Balo, Cerita Rakyat Pulau Sumba



Pulau Sumba merupakan salah satu dari sekian banyak pulau di Indonesia yang tepat berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sumba berbatasan langsung dengan Sumbawa di sebelah barat laut, Flores di timur laut, Timor di timur, dan Australia di selatan dan tenggara.


Pulau ini memiliki empat kabupaten, yakni  Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur.


Masyarakat Sumba secara rasial merupakan campuran dari ras Melanesia dan Austronesia. Sebagian besar penduduknya menganut kepercayaan animisme Marapu dan agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik.


Pulau Sumba memiliki cerita legenda yang sudah ada sejak dulu dan masih diceritakan secara turun temurun kepada anak-anak kelahiran zaman ini. Beberapa orang mempercayai cerita rakyat tersebut dan lainnya menganggap hanya sekedar legenda saja.


Salah satu legenda rakyat yang berasal dari Pulau Sumba berjudul asal mula Batu Balo, berikut kisahnya.


Asal Mula Batu Balo


Pada zaman dulu tersebutlah seorang raja bernama Raja Kepe. Raja Kepe memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dara Belang.


Tibalah suatu hari, sang raja memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menikahkan putrinya dengan seorang raja asal negeri Garegat bernama Balo Kuntung. Hal ini dilakukan karena Raja Kepe telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan keluarga Balo Kuntung tersebut.


Mengetahui hal itu, Dara Belang sangat senang, dia akan mengakhiri masa mudanya karena akan segera dipersunting oleh Balo Kuntung yang telah diketahuinya memiliki rupa yang sangat tampan dan tubuh perkasa. Dara Belang pun tidak sabar menunggu hari baik dalam hidupnya itu.


Hingga suatu hari, tersiar kabar bahwa Balo Kuntung dan keluarga besarnya akan mengunjungi keluarga Raja Kepe. Tibalah hari yang dinantikan kedua pihak keluarga, Balo Kuntung beserta rombonganpun segera berlayar ke negeri Raja Kepe untuk mempersunting Dara Belang.


Mengingat jarak yang cukup jauh, Balo Kuntung dan Keluarganya membawa persediaan makanan yang cukup untuk diperjalanan. Berhari-hari diperjalanan, negeri tujuanpun sudah didepan mata, para rombongan semakin bersemangat untuk mendayung perahu lebih cepat agar segera sampai ditempat tujuan.


Tak disangka, dalam perjalanan yang sudah semakin dekat, para rombongan dihempas ombak yang begitu dahsyat, sehingga Balo Kuntung memutuskan untuk berhenti sejenak karena perahu yang membawa rombongan tak kuasa melawan kerasnya ombak.


Khawatir akan hal itu, Saudara Balo Kuntung bertanya "Apakah kita akan melanjutkan perjalan?, padahal sudah mau sampai, tapi ombaknya semakin besar". Balo Kuntung menjawab "Saudaraku, aku sudah berniat untuk mempersunting putri Dara Belang, apapun yang akan terjadi, aku akan tetap melanjutkan perjalan, meskipun aku harus menjadi batu ditengah laut". Mendengar jawaban Balo Kuntung, para rombongan akhirnya kembali melanjutkan perjalanan.


Ketika perahu baru berjalan beberapa meter, tiba-tiba Balo Kuntung berubah pikiran, Balo Kuntung mengajak para rombongan untuk kembali ke negerinya mengingat ombak besar dan badai akan segera datang.


Tak sempat memutar balik perahu, Badai dan ombak besar yang ditakutkan pun datang dengan seketika dan menghempas perahu yang ditumpangi para rombongan. Balo Kuntung dan rombongannya terhempas dengan sangat keras dan tewas ditengah laut.


Dara Belang yang mendengar berita mengenai kejadian yang menimpa Balo Kuntung seakan tidak percaya, dirinya tak kuasa menahan tangis karena calon suaminya telah mati ditelan ombak. Diapun memutuskan untuk bunuh diri dengan cara terjun ke laut menyusul Balo Kuntung.

Posting Komentar

0 Komentar